Zaman sekarang, banyak anak muda yang sudah mulai mandiri secara ekonomi. Ada yang bekerja, membangun bisnis kecil, bahkan berinvestasi. Tapi di sisi lain, banyak juga yang terjebak dalam kesalahan finansial karena kurangnya pemahaman tentang pengelolaan uang.

Masalahnya bukan karena anak muda tidak mau belajar soal keuangan, tapi karena topik ini jarang diajarkan di sekolah. Padahal, kesalahan finansial anak muda bisa berdampak panjang — mulai dari utang konsumtif, gaya hidup boros, sampai ketidakmampuan menabung untuk masa depan.

Dengan edukasi keuangan yang tepat, semua itu sebenarnya bisa dihindari. Yuk, kita bahas sepuluh kesalahan finansial paling umum yang sering dilakukan anak muda, beserta pelajaran yang bisa diambil dari masing-masing.

1. Tidak Punya Rencana Keuangan yang Jelas

Banyak anak muda yang mulai bekerja tapi tidak tahu ke mana uang mereka pergi setiap bulan.
Tanpa rencana keuangan, semua pengeluaran terasa “normal”, padahal banyak yang tidak penting.

Inilah kesalahan finansial anak muda yang paling dasar: tidak punya tujuan jelas.
Padahal, membuat rencana keuangan tidak harus rumit — cukup mulai dari menentukan prioritas, seperti berapa yang ingin ditabung, diinvestasikan, dan digunakan untuk kebutuhan harian.

Rencana yang jelas membuat uang tidak “menghilang tanpa jejak”.

2. Gaya Hidup Konsumtif dan FOMO

Fenomena Fear of Missing Out alias FOMO sering jadi biang kerok keuangan anak muda.
Melihat teman nongkrong di kafe mahal, beli barang branded, atau jalan-jalan ke luar negeri sering kali memicu keinginan untuk ikut-ikutan.

Masalahnya, penghasilan belum tentu cukup untuk semua itu.
Kalau tidak hati-hati, bisa berujung pada utang kartu kredit atau paylater yang menumpuk.

Mengendalikan gaya hidup adalah kunci utama agar finansial tetap sehat. Belajar membedakan antara kebutuhan dan keinginan bisa menyelamatkan banyak anak muda dari kesalahan ini.

3. Tidak Memiliki Dana Darurat

Banyak orang baru sadar pentingnya dana darurat setelah terkena musibah atau kehilangan pekerjaan.
Padahal, dana darurat seharusnya jadi fondasi utama keuangan pribadi.

Kesalahan umum anak muda adalah merasa masih muda dan sehat, jadi tidak butuh tabungan darurat.
Padahal, kondisi darurat bisa datang kapan saja — mulai dari kecelakaan kecil, gadget rusak, hingga PHK mendadak.

Menyisihkan 10–20% penghasilan setiap bulan bisa menjadi langkah awal membangun keamanan finansial.

4. Bergantung pada Kartu Kredit dan Paylater

Teknologi finansial memang mempermudah hidup, tapi bisa jadi jebakan kalau tidak digunakan dengan bijak.
Banyak anak muda yang terlalu mengandalkan kartu kredit dan fitur paylater untuk membeli barang yang sebenarnya belum mampu mereka bayar.

Awalnya terasa ringan, tapi cicilan kecil bisa menumpuk dan berubah jadi beban besar.

Kesalahan finansial anak muda ini sering muncul karena kurangnya pemahaman tentang bunga dan biaya tersembunyi.
Padahal, membayar tunai atau menabung dulu sebelum membeli bisa jauh lebih aman dan bebas stres.

Baca Juga: Pendidikan Lifelong Learning: Belajar Tanpa Batas untuk Pengusaha

5. Tidak Memahami Konsep Investasi

Banyak anak muda yang mulai tertarik investasi, tapi tidak benar-benar memahaminya.
Beberapa ikut-ikutan tren tanpa riset, misalnya beli saham atau kripto karena “kata teman lagi naik”.

Akibatnya, banyak yang kehilangan uang karena salah langkah.

Investasi memang penting, tapi pemahaman lebih penting lagi.
Belajarlah mengenali profil risiko, cara kerja instrumen investasi, dan jangan tergiur janji “cuan cepat”.

Pendidikan finansial sejak dini bisa membantu anak muda mengambil keputusan yang lebih rasional dan terukur.

6. Tidak Membedakan Aset dan Liabilitas

Kesalahan besar lainnya adalah tidak tahu bedanya aset dan liabilitas.
Banyak yang menganggap membeli mobil atau barang mahal sebagai “investasi”, padahal itu pengeluaran yang nilainya menurun.

Aset seharusnya menambah nilai dan menghasilkan uang, sedangkan liabilitas justru menguras keuangan.

Memahami perbedaan ini membantu anak muda lebih bijak dalam mengatur prioritas pembelian dan menilai kondisi finansial secara realistis.

7. Tidak Menabung untuk Tujuan Jangka Panjang

Menabung bukan cuma untuk jaga-jaga, tapi juga untuk masa depan.
Sayangnya, banyak anak muda yang lebih memilih menikmati gaji saat ini tanpa memikirkan rencana jangka panjang.

Padahal, semakin cepat mulai menabung, semakin besar peluang untuk mencapai kebebasan finansial.

Menabung untuk beli rumah, menikah, pensiun, atau bahkan liburan besar bisa jadi motivasi untuk lebih disiplin mengatur uang.

8. Tidak Mengatur Pengeluaran Harian

Masih banyak yang mengandalkan “feeling” dalam mengatur pengeluaran.
Padahal, tanpa mencatat, kita sering tidak sadar sudah menghabiskan banyak uang untuk hal-hal kecil seperti kopi, ojek online, atau jajan.

Kesalahan kecil ini kalau dikumpulkan bisa jadi besar.
Dengan mencatat pengeluaran, anak muda bisa tahu pola konsumsi dan menemukan area yang bisa dihemat.

Sekarang sudah banyak aplikasi keuangan yang mempermudah pencatatan otomatis — tinggal kemauan saja yang dibutuhkan.

9. Tidak Memiliki Asuransi atau Perlindungan Diri

Anak muda sering merasa belum butuh asuransi karena merasa masih sehat dan kuat.
Padahal, risiko tidak mengenal umur.

Asuransi kesehatan dan jiwa bukan sekadar pengeluaran tambahan, tapi bentuk perlindungan terhadap risiko finansial yang bisa datang tiba-tiba.

Memiliki asuransi sejak dini justru lebih hemat karena premi masih rendah dan manfaatnya besar.
Ini salah satu bentuk kesadaran finansial yang sering diabaikan oleh generasi muda.

10. Mengabaikan Edukasi Keuangan

Inilah akar dari semua kesalahan finansial anak muda — kurangnya edukasi.
Banyak yang belajar mengatur uang dengan cara “trial and error”, bukan lewat pengetahuan yang benar.

Padahal, edukasi keuangan bisa diakses dari mana saja: buku, video edukatif, seminar, atau kursus online.
Dengan pengetahuan yang cukup, anak muda bisa menghindari jebakan konsumtif dan mengambil keputusan yang lebih cerdas soal keuangan.