Bulan: Oktober 2025

Kesalahan Finansial Anak Muda

10 Kesalahan Finansial Anak Muda yang Bisa Dihindari Lewat Edukasi

Zaman sekarang, banyak anak muda yang sudah mulai mandiri secara ekonomi. Ada yang bekerja, membangun bisnis kecil, bahkan berinvestasi. Tapi di sisi lain, banyak juga yang terjebak dalam kesalahan finansial karena kurangnya pemahaman tentang pengelolaan uang.

Masalahnya bukan karena anak muda tidak mau belajar soal keuangan, tapi karena topik ini jarang diajarkan di sekolah. Padahal, kesalahan finansial anak muda bisa berdampak panjang — mulai dari utang konsumtif, gaya hidup boros, sampai ketidakmampuan menabung untuk masa depan.

Dengan edukasi keuangan yang tepat, semua itu sebenarnya bisa dihindari. Yuk, kita bahas sepuluh kesalahan finansial paling umum yang sering dilakukan anak muda, beserta pelajaran yang bisa diambil dari masing-masing.

1. Tidak Punya Rencana Keuangan yang Jelas

Banyak anak muda yang mulai bekerja tapi tidak tahu ke mana uang mereka pergi setiap bulan.
Tanpa rencana keuangan, semua pengeluaran terasa “normal”, padahal banyak yang tidak penting.

Inilah kesalahan finansial anak muda yang paling dasar: tidak punya tujuan jelas.
Padahal, membuat rencana keuangan tidak harus rumit — cukup mulai dari menentukan prioritas, seperti berapa yang ingin ditabung, diinvestasikan, dan digunakan untuk kebutuhan harian.

Rencana yang jelas membuat uang tidak “menghilang tanpa jejak”.

2. Gaya Hidup Konsumtif dan FOMO

Fenomena Fear of Missing Out alias FOMO sering jadi biang kerok keuangan anak muda.
Melihat teman nongkrong di kafe mahal, beli barang branded, atau jalan-jalan ke luar negeri sering kali memicu keinginan untuk ikut-ikutan.

Masalahnya, penghasilan belum tentu cukup untuk semua itu.
Kalau tidak hati-hati, bisa berujung pada utang kartu kredit atau paylater yang menumpuk.

Mengendalikan gaya hidup adalah kunci utama agar finansial tetap sehat. Belajar membedakan antara kebutuhan dan keinginan bisa menyelamatkan banyak anak muda dari kesalahan ini.

3. Tidak Memiliki Dana Darurat

Banyak orang baru sadar pentingnya dana darurat setelah terkena musibah atau kehilangan pekerjaan.
Padahal, dana darurat seharusnya jadi fondasi utama keuangan pribadi.

Kesalahan umum anak muda adalah merasa masih muda dan sehat, jadi tidak butuh tabungan darurat.
Padahal, kondisi darurat bisa datang kapan saja — mulai dari kecelakaan kecil, gadget rusak, hingga PHK mendadak.

Menyisihkan 10–20% penghasilan setiap bulan bisa menjadi langkah awal membangun keamanan finansial.

4. Bergantung pada Kartu Kredit dan Paylater

Teknologi finansial memang mempermudah hidup, tapi bisa jadi jebakan kalau tidak digunakan dengan bijak.
Banyak anak muda yang terlalu mengandalkan kartu kredit dan fitur paylater untuk membeli barang yang sebenarnya belum mampu mereka bayar.

Awalnya terasa ringan, tapi cicilan kecil bisa menumpuk dan berubah jadi beban besar.

Kesalahan finansial anak muda ini sering muncul karena kurangnya pemahaman tentang bunga dan biaya tersembunyi.
Padahal, membayar tunai atau menabung dulu sebelum membeli bisa jauh lebih aman dan bebas stres.

Baca Juga: Pendidikan Lifelong Learning: Belajar Tanpa Batas untuk Pengusaha

5. Tidak Memahami Konsep Investasi

Banyak anak muda yang mulai tertarik investasi, tapi tidak benar-benar memahaminya.
Beberapa ikut-ikutan tren tanpa riset, misalnya beli saham atau kripto karena “kata teman lagi naik”.

Akibatnya, banyak yang kehilangan uang karena salah langkah.

Investasi memang penting, tapi pemahaman lebih penting lagi.
Belajarlah mengenali profil risiko, cara kerja instrumen investasi, dan jangan tergiur janji “cuan cepat”.

Pendidikan finansial sejak dini bisa membantu anak muda mengambil keputusan yang lebih rasional dan terukur.

6. Tidak Membedakan Aset dan Liabilitas

Kesalahan besar lainnya adalah tidak tahu bedanya aset dan liabilitas.
Banyak yang menganggap membeli mobil atau barang mahal sebagai “investasi”, padahal itu pengeluaran yang nilainya menurun.

Aset seharusnya menambah nilai dan menghasilkan uang, sedangkan liabilitas justru menguras keuangan.

Memahami perbedaan ini membantu anak muda lebih bijak dalam mengatur prioritas pembelian dan menilai kondisi finansial secara realistis.

7. Tidak Menabung untuk Tujuan Jangka Panjang

Menabung bukan cuma untuk jaga-jaga, tapi juga untuk masa depan.
Sayangnya, banyak anak muda yang lebih memilih menikmati gaji saat ini tanpa memikirkan rencana jangka panjang.

Padahal, semakin cepat mulai menabung, semakin besar peluang untuk mencapai kebebasan finansial.

Menabung untuk beli rumah, menikah, pensiun, atau bahkan liburan besar bisa jadi motivasi untuk lebih disiplin mengatur uang.

8. Tidak Mengatur Pengeluaran Harian

Masih banyak yang mengandalkan “feeling” dalam mengatur pengeluaran.
Padahal, tanpa mencatat, kita sering tidak sadar sudah menghabiskan banyak uang untuk hal-hal kecil seperti kopi, ojek online, atau jajan.

Kesalahan kecil ini kalau dikumpulkan bisa jadi besar.
Dengan mencatat pengeluaran, anak muda bisa tahu pola konsumsi dan menemukan area yang bisa dihemat.

Sekarang sudah banyak aplikasi keuangan yang mempermudah pencatatan otomatis — tinggal kemauan saja yang dibutuhkan.

9. Tidak Memiliki Asuransi atau Perlindungan Diri

Anak muda sering merasa belum butuh asuransi karena merasa masih sehat dan kuat.
Padahal, risiko tidak mengenal umur.

Asuransi kesehatan dan jiwa bukan sekadar pengeluaran tambahan, tapi bentuk perlindungan terhadap risiko finansial yang bisa datang tiba-tiba.

Memiliki asuransi sejak dini justru lebih hemat karena premi masih rendah dan manfaatnya besar.
Ini salah satu bentuk kesadaran finansial yang sering diabaikan oleh generasi muda.

10. Mengabaikan Edukasi Keuangan

Inilah akar dari semua kesalahan finansial anak muda — kurangnya edukasi.
Banyak yang belajar mengatur uang dengan cara “trial and error”, bukan lewat pengetahuan yang benar.

Padahal, edukasi keuangan bisa diakses dari mana saja: buku, video edukatif, seminar, atau kursus online.
Dengan pengetahuan yang cukup, anak muda bisa menghindari jebakan konsumtif dan mengambil keputusan yang lebih cerdas soal keuangan.

Pendidikan Lifelong Learning

Pendidikan Lifelong Learning: Belajar Tanpa Batas untuk Pengusaha

Pendidikan Lifelong Learning: Belajar Tanpa Batas untuk Pengusaha

Di dunia bisnis yang terus berubah, satu hal yang pasti adalah perubahan itu sendiri. Teknologi baru muncul setiap hari, tren pasar bergeser begitu cepat, dan konsumen menuntut inovasi tanpa henti. Di tengah pusaran perubahan ini, satu konsep menjadi sangat relevan bagi para pengusaha: Pendidikan Lifelong Learning, atau pendidikan sepanjang hayat.

Konsep ini bukan hanya sekadar “belajar seumur hidup”, tapi juga tentang bagaimana seseorang terus mengasah kemampuan, memperbarui pengetahuan, dan tetap adaptif terhadap setiap tantangan.

Apa Itu Pendidikan Lifelong Learning?

Pendidikan Lifelong Learning adalah proses belajar yang tidak berhenti di bangku sekolah atau universitas. Ia berlangsung terus menerus sepanjang hidup seseorang.
Bisa dalam bentuk formal seperti kursus profesional, pelatihan bisnis, hingga pembelajaran informal seperti membaca buku, menonton seminar online, atau bahkan belajar dari pengalaman sehari-hari.

Bagi pengusaha, lifelong learning bukan hanya pilihan, tapi kebutuhan. Dunia bisnis menuntut mereka untuk selalu “update” — baik soal strategi pemasaran digital, manajemen keuangan, teknologi baru, hingga cara memimpin tim di era modern.

Mengapa Lifelong Learning Penting untuk Pengusaha?

Seorang pengusaha yang berhenti belajar akan tertinggal. Pasar tidak menunggu, dan kompetitor selalu bergerak cepat. Berikut beberapa alasan mengapa pendidikan Lifelong Learning menjadi fondasi penting dalam dunia wirausaha:

1. Dunia Bisnis Terus Berubah

Teknologi seperti kecerdasan buatan, big data, dan digital marketing telah mengubah cara bisnis dijalankan. Pengusaha yang tidak mau belajar hal-hal baru akan kesulitan mengikuti arus.

2. Meningkatkan Kemampuan Adaptasi

Dengan belajar terus-menerus, seorang pengusaha bisa lebih cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, regulasi, dan perilaku konsumen.

3. Menumbuhkan Inovasi

Ide-ide kreatif sering muncul dari wawasan baru. Dengan Lifelong Learning, pengusaha bisa menemukan inspirasi dari bidang lain yang mungkin belum pernah mereka sentuh sebelumnya.

4. Meningkatkan Kepercayaan Diri

Saat memiliki pengetahuan dan keterampilan baru, pengusaha akan lebih percaya diri dalam mengambil keputusan besar, baik untuk ekspansi bisnis maupun inovasi produk.

Baca Juga: 7 Kebiasaan Siswa Pintar yang Jarang Diketahui

Bentuk Nyata Pendidikan Lifelong Learning untuk Pengusaha

Pendidikan Lifelong Learning bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung kebutuhan dan gaya belajar masing-masing individu. Berikut beberapa bentuk yang paling relevan untuk pengusaha masa kini:

1. Kursus Online dan Webinar

Platform seperti Coursera, Udemy, atau bahkan YouTube menyediakan ratusan kursus gratis maupun berbayar. Materinya beragam — mulai dari digital marketing, kepemimpinan, hingga analisis data.
Dengan mengikuti kursus online, pengusaha dapat belajar fleksibel tanpa meninggalkan rutinitas bisnis.

2. Mentorship dan Networking

Belajar tidak selalu berarti membaca buku atau menonton video. Kadang, satu percakapan dengan mentor yang berpengalaman bisa memberikan insight lebih berharga.
Bergabung dengan komunitas bisnis juga membuka kesempatan untuk bertukar ide dan memperluas jaringan profesional.

3. Membaca Buku dan Artikel Industri

Buku masih menjadi sumber ilmu yang tak tergantikan. Banyak pengusaha sukses seperti Elon Musk dan Bill Gates yang menjadikan membaca sebagai rutinitas harian.
Membaca buku atau artikel dari pakar industri bisa membuka perspektif baru tentang strategi bisnis dan inovasi.

4. Belajar dari Kegagalan

Kegagalan adalah guru terbaik. Setiap kesalahan dalam bisnis memberikan pelajaran berharga yang tidak bisa dipelajari di kelas.
Dengan mindset Lifelong Learning, pengusaha akan melihat kegagalan bukan sebagai akhir, tapi sebagai proses belajar yang memperkuat fondasi bisnisnya.

Strategi Mengimplementasikan Lifelong Learning dalam Kehidupan Pengusaha

Menjalankan prinsip Lifelong Learning tidak semudah mengatakannya. Butuh disiplin, niat, dan strategi yang tepat agar proses belajar berjalan konsisten.

1. Tetapkan Tujuan Belajar

Tentukan apa yang ingin kamu capai dari proses belajar. Apakah ingin memperkuat kemampuan manajerial? Meningkatkan pemahaman digital marketing? Atau memperluas jaringan bisnis?
Tujuan yang jelas akan membuat proses belajar lebih terarah dan efektif.

2. Alokasikan Waktu Belajar

Sibuk bukan alasan untuk berhenti belajar. Sisihkan minimal 30 menit sehari untuk membaca, mendengar podcast, atau mengikuti kelas singkat.
Rutinitas kecil namun konsisten jauh lebih efektif daripada belajar sesekali tapi intens.

3. Gunakan Teknologi sebagai Alat Belajar

Manfaatkan teknologi untuk mempercepat proses belajar. Aplikasi seperti Notion, Blinkist, atau Google Scholar bisa membantu kamu menyimpan dan mengatur sumber belajar dengan mudah.

4. Terlibat dalam Komunitas Belajar

Bergabung dalam komunitas pengusaha atau grup pembelajaran bisa memperluas wawasan dan menumbuhkan semangat belajar bersama.
Selain itu, belajar bersama orang lain juga bisa memberikan motivasi tambahan dan perspektif yang lebih luas.

5. Evaluasi dan Terapkan Ilmu yang Didapat

Belajar tidak akan berarti jika tidak diterapkan. Setelah mendapatkan pengetahuan baru, segera uji dan implementasikan dalam bisnismu.
Misalnya, setelah belajar strategi pemasaran digital, langsung terapkan di media sosial brand kamu dan lihat hasilnya.

Kebiasaan Siswa Pintar

7 Kebiasaan Siswa Pintar yang Jarang Diketahui

Sukses belajar bukan hanya soal IQ tinggi atau nilai bagus. Banyak siswa pintar sebenarnya memiliki pola kebiasaan tertentu yang membuat mereka efektif belajar dan cepat memahami materi. Kebiasaan siswa pintar ini tidak selalu terlihat dari luar, tapi berdampak besar pada prestasi akademik dan pengembangan diri.

Selain itu, kebiasaan ini juga membentuk karakter, manajemen waktu, dan keterampilan sosial yang penting untuk keberhasilan di masa depan.

1. Membuat Rencana Belajar Harian

Siswa pintar biasanya rutin membuat jadwal belajar. Mereka tahu materi apa yang harus dipelajari hari ini dan target apa yang ingin dicapai.

Selain itu, dengan membuat rencana, siswa bisa membagi waktu antara belajar, istirahat, dan aktivitas lain. Hal ini membantu mereka tetap fokus dan mengurangi stres akibat menumpuk tugas di akhir waktu.

Dengan kata lain, manajemen waktu yang baik menjadi salah satu kebiasaan siswa pintar yang jarang diperhatikan orang lain.

2. Aktif Bertanya dan Berdiskusi

Kebiasaan kedua adalah aktif bertanya di kelas atau berdiskusi dengan teman. Siswa pintar tidak takut salah, justru mereka melihat pertanyaan sebagai cara memperdalam pemahaman.

Selain itu, diskusi membantu mereka mendengar perspektif berbeda dan melatih kemampuan berpikir kritis. Dengan kebiasaan ini, siswa tidak hanya menghafal, tapi benar-benar memahami konsep secara mendalam.

3. Membaca Lebih Banyak dari Buku Pelajaran

Siswa pintar tidak hanya terpaku pada buku pelajaran. Mereka sering membaca buku tambahan, artikel, atau jurnal terkait materi yang dipelajari.

Dengan begitu, mereka bisa mengembangkan wawasan, memperkuat konsep, dan mendapatkan informasi terbaru. Membaca lebih luas juga meningkatkan kemampuan berpikir analitis dan kreatif.

4. Membuat Catatan yang Efektif

Membuat catatan bukan sekadar menulis ulang materi di papan tulis. Siswa pintar biasanya membuat catatan dengan strategi tertentu, misalnya:

  • Menyusun mind map

  • Memberi kode warna untuk konsep penting

  • Menggunakan singkatan atau simbol untuk mempercepat penulisan

Catatan ini memudahkan mereka saat mengulang materi dan membantu menyimpan informasi dalam memori jangka panjang.

Baca Juga: 10 Startup Pendidikan Indonesia yang Menginspirasi

5. Belajar dengan Mengajar Orang Lain

Siswa pintar sering mempraktikkan metode “mengajar orang lain”. Dengan menjelaskan materi kepada teman atau saudara, mereka memastikan diri benar-benar memahami topik tersebut.

Selain itu, teknik ini melatih komunikasi, kesabaran, dan kemampuan menyederhanakan konsep kompleks. Kebiasaan ini sangat efektif untuk memperkuat pemahaman dan meningkatkan percaya diri.

6. Menetapkan Tujuan dan Evaluasi Diri

Siswa pintar biasanya tidak belajar tanpa arah. Mereka menetapkan tujuan belajar jangka pendek maupun jangka panjang, kemudian rutin mengevaluasi progresnya.

Dengan kebiasaan ini, mereka bisa:

  • Mengetahui materi mana yang sudah dikuasai

  • Mengenali kelemahan yang perlu diperbaiki

  • Menyesuaikan strategi belajar agar lebih efektif

Tujuan yang jelas membuat belajar lebih fokus dan hasilnya lebih optimal.

7. Mengatur Waktu Istirahat dan Tidur dengan Baik

Selain belajar, siswa pintar juga memperhatikan kesehatan. Mereka tahu pentingnya tidur cukup, istirahat teratur, dan jeda saat belajar.

Dengan tubuh dan pikiran yang segar, mereka mampu menyerap materi lebih cepat, berpikir kreatif, dan tetap produktif sepanjang hari. Kebiasaan menjaga keseimbangan ini sering terlupakan oleh banyak siswa.

Menggabungkan Semua Kebiasaan untuk Hasil Maksimal

Kombinasi kebiasaan di atas membuat siswa pintar tidak hanya unggul di nilai, tapi juga:

  • Lebih disiplin dan fokus

  • Kreatif dalam memecahkan masalah

  • Percaya diri menghadapi ujian atau tantangan baru

  • Terampil dalam manajemen waktu dan komunikasi

Dengan menerapkan kebiasaan siswa pintar ini, setiap siswa bisa meningkatkan kualitas belajar dan mengembangkan potensi secara maksimal.

Startup Pendidikan Indonesia

10 Startup Pendidikan Indonesia yang Menginspirasi

Startup pendidikan Indonesia — sering disebut edtech (education technology) — adalah perusahaan rintisan lokal yang memakai teknologi digital untuk meningkatkan akses, kualitas, dan cara belajar-mengajar. Startup-startup ini menawarkan solusi seperti kelas daring, kursus online, perpustakaan digital, platform skill, dan lainnya. Mereka hadir bukan hanya sebagai alternatif, tapi sebagai katalis perubahan pendidikan di Tanah Air.

Nah, berikut ini 10 contoh startup pendidikan di Indonesia yang menurut saya paling menginspirasi karena inovasi mereka, dampak sosialnya, dan potensi untuk masa depan.

1. Ruangguru

Ruangguru adalah nama yang sudah sangat dikenal dalam dunia Startup Pendidikan Indonesia. Mereka menyediakan beragam layanan: video belajar, kelas virtual, ujian online, marketplace les privat, dan fitur-fitur pendukung seperti Brain Academy.

Kenapa inspiratif?

  • Ruangguru berhasil menjangkau jutaan pelajar di berbagai daerah, bahkan yang aksesnya terbatas.

  • Mereka juga ekspansi ke luar Indonesia (seperti Vietnam) sebagai bagian dari gerakan memperluas dampak edukatif.

  • Dukungan investor besar dan konglomerat membuat startup ini punya modal untuk inovasi berkelanjutan.

2. Zenius

Zenius adalah salah satu pelopor edtech di Indonesia. Mulai dari konten video pembelajaran, soal latihan, sampai fitur untuk memahami konsep mendalam.

Keunggulan dan tantangannya:

  • Zenius populer karena gaya pengajaran yang langsung ke inti, cocok bagi siswa yang suka belajar mandiri.

  • Namun, startup ini menghadapi masa sulit, sempat menghentikan operasional sementara karena masalah operasional.

  • Meski begitu, inovasi Zenius dalam metode belajar, bank soal, dan blending online-offline tetap menjadi benchmark untuk edtech lain.

3. Kelas Pintar

Kelas Pintar menawarkan solusi pembelajaran yang pintar, personal, dan terintegrasi. Mereka memakai analisis dan data untuk membantu guru, orang tua, dan siswa memahami kemajuan belajar.

Kenapa Kelas Pintar menginspirasi?

  • Menyediakan fitur perekaman proses belajar siswa agar guru dan orang tua bisa lebih mudah memantau.

  • Adaptif terhadap kebutuhan pelajar dengan berbagai latar dan lokasi.

  • Fokus mereka bukan hanya pada konten akademik tetapi juga pada metode belajar yang efektif dan menarik.

4. Quipper

Quipper adalah salah satu startup pendidikan Indonesia dengan model pembelajaran online berbayar dan gratis, yang juga punya layanan bagi sekolah dan guru lewat Learning Management System (LMS).

Hal menarik dari Quipper:

  • Konten mereka bukan hanya dibuat berdasarkan materi pelajaran, tapi juga ada kuis, video pengajaran, dan interaksi online.

  • Cocok bagi siswa yang ingin persiapan ujian serta ingin belajar secara fleksibel.

  • Mereka punya posisi penting karena sudah lebih dulu di edukasi digital dibanding kebanyakan startup modern.

Baca Juga: Cara Meningkatkan Kreativitas Anak di Sekolah

5. Cakap

Cakap fokus pada pembelajaran bahasa asing. Dari Inggris, Mandarin, Jepang hingga Korea, mereka menggunakan metode interaktif dan kelas online dengan tutor asli atau native speaker.

Kenapa Cakap menginspirasi:

  • Mereka memanfaatkan kebutuhan globalisasi dan mobilitas pelajar/milenial yang makin tinggi untuk belajar bahasa asing.

  • Platform ini bisa menjangkau banyak orang meskipun jarak atau lokasi geografis tak menguntungkan.

  • Inovasi dalam penggunaan teknologi video call, pengajaran interaktif, dan metode yang memudahkan belajar walau tidak tatap muka.

6. Sekolah.mu

Sekolah.mu adalah startup yang menggabungkan metode belajar tradisional dengan teknologi digital (blended learning). Mereka menyediakan kelas online serta offline sesuai kebutuhan siswa dan sekolah.

Menginspirasi karena:

  • Fleksibilitas yang ditawarkan: siswa bisa ikut kelas online dan tetap punya opsi offline bila memungkinkan.

  • Model sekolah digital seperti ini membantu mengurangi kesenjangan akses pendidikan terutama di daerah yang sulit dijangkau.

  • Kerja sama dengan tutor dan guru lokal juga membantu menjaga relevansi konten terhadap kebutuhan lokal.

7. Kipin (Pendidikan.id)

Kipin adalah bagian dari Pendidikan.id yang mengusung metode belajar hibrida dan menyediakan konten edukatif mulai dari video pembelajaran, latihan soal, hingga materi literasi melalui format komik.

Faktor menginspirasi:

  • Kipin mendekatkan edukasi ke daerah dengan konten yang bisa diakses secara offline juga, yang sangat penting untuk daerah dengan internet tidak stabil.

  • Mereka membuat paket belajar yang menarik (“Paket Merdeka”) yang isinya variatif: buku pelajaran, video, soal latihan.

  • Kipin juga diakui secara regional sebagai salah satu Startup EdTech Paling Menjanjikan di Asia Tenggara.

8. HarukaEdu

HarukaEdu menyasar pelajar dewasa dan profesional yang ingin meningkatkan kompetensi, baik melalui gelar formal maupun kursus non-formal. Platform ini juga menawarkan fleksibilitas tinggi.

Apa yang membuat HarukaEdu menarik:

  • bisa untuk pendidikan tinggi secara daring, cocok untuk yang punya keterbatasan waktu atau tinggal di luar kota.

  • Mempunyai akses ke perguruan tinggi serta lembaga profesional yang diakui.

  • Membantu mengisi gap antara pendidikan formal dan kebutuhan skill praktis yang dibutuhkan di dunia kerja.

9. Arkademi

Arkademi adalah kursus online bersertifikat yang menyediakan berbagai keahlian, baik hard skill maupun soft skill.

Kenapa Arkademi layak didengar:

  • Untuk orang-orang yang ingin upgrade skill tertentu — misalnya digital marketing, desain, programming — tanpa harus kuliah lagi.

  • Memiliki kursus bersertifikat sehingga bisa dipakai sebagai nilai tambah di CV.

  • Pendekatan fleksibel sehingga cocok untuk banyak kalangan, bukan hanya pelajar saja.

10. Gerakan Menulis Buku Indonesia (GMB-Indonesia)

GMB-Indonesia sedikit beda dari startup lain karena fokusnya bukan pada kelas akademis utama, tapi literasi, kreativitas menulis, penerbitan buku gratis, dan pemberdayaan guru dan siswa dalam menulis.

Elemen inspiratif dari GMB-Indonesia:

  • Membuka peluang bagi siapa saja (pelajar, guru, komunitas) untuk terlibat dalam literasi dan penerbitan.

  • Gerakannya memberikan platform agar suara dan tulisan dari daerah-daerah terpencil juga terdengar.

  • Dengan proyek-proyek seperti Sekolah Menulis Buku dan Adi Acarya Award, GMB-Indonesia menyuntikkan motivasi dan kepercayaan bahwa siapa pun bisa jadi penulis.

Powered by WordPress & Theme by Anders Norén