Mulai Juli mendatang, sebuah program pendidikan alternatif yang cukup di tunggu-tunggu akhirnya akan di realisasikan, Sekolah Rakyat Mulai Dibuka. Inisiatif ini datang dari Kementerian Sosial (Kemensos) sebagai bagian dari upaya mengatasi kesenjangan pendidikan, terutama di wilayah terpencil dan daerah tertinggal. Program ini bukan hanya tentang membuka sekolah baru, tapi juga soal pendekatan baru dalam dunia pendidikan yang lebih merakyat dan inklusif.

Hal yang menarik adalah, selain membuka sekolah, Kemensos juga mulai merekrut guru-guru untuk mengisi posisi pengajar di Sekolah Rakyat ini. Tentu saja, rekrutmen ini bukan seperti rekrutmen guru konvensional yang biasa kita dengar. Ada semacam semangat kerelawanan dan pengabdian yang cukup kuat dalam proses ini.

Juli 2025, Sekolah Rakyat Mulai Dibuka Untuk Masyarakat

Sekolah Rakyat bukan konsep baru, tapi gaungnya kembali terdengar ketika pemerintah mulai lebih serius menangani masalah anak putus sekolah dan akses pendidikan yang timpang. Yang membedakan Sekolah Rakyat dari sekolah formal pada umumnya adalah pendekatan yang lebih fleksibel dan kontekstual. Artinya, kurikulum yang di terapkan bisa menyesuaikan dengan kondisi sosial, budaya, bahkan ekonomi masyarakat sekitar.

Misalnya, di wilayah pesisir, materi pelajaran bisa menyentuh isu-isu seperti ekosistem laut, keterampilan nelayan, hingga pengolahan hasil laut. Di daerah pegunungan, bisa di sesuaikan dengan pertanian, konservasi, atau hal-hal yang lebih relevan. Pendekatan ini jelas lebih membumi dan bisa menjadi solusi untuk anak-anak yang selama ini merasa “tidak nyambung” dengan pelajaran di sekolah formal.

Baca Juga Berita Menarik Lainnya Hanya Di tsar5e.com

Kementerian Sosial dan Peran Besarnya

Melalui program ini, Kemensos tidak sekadar memberikan bantuan sosial, tapi juga menyentuh akar permasalahan: pendidikan. Menteri Sosial, dalam beberapa kesempatan, menegaskan bahwa pendidikan adalah hak setiap anak, tanpa terkecuali. Maka dari itu, program Sekolah Rakyat ini dirancang agar bisa menjangkau kelompok rentan seperti anak jalanan, anak dengan disabilitas, anak korban bencana, hingga mereka yang hidup di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Yang lebih menarik lagi, Kemensos menggandeng berbagai pihak, mulai dari LSM, komunitas lokal, hingga akademisi, untuk menyukseskan program ini. Artinya, Sekolah Rakyat tidak berdiri sendiri, tapi jadi gerakan kolaboratif lintas sektor.

Proses Rekrutmen Guru: Bukan Sekadar Cari Pengajar

Nah, bicara soal rekrutmen guru untuk Sekolah Rakyat, ini juga jadi topik yang banyak menarik perhatian. Bukan cuma karena ada peluang kerja baru, tapi karena sifatnya yang cukup berbeda. Menurut keterangan resmi dari Kemensos, yang di cari bukan hanya guru dengan latar belakang pendidikan formal, tapi siapa pun yang punya kapasitas mengajar dan kepedulian terhadap pendidikan masyarakat.

Bahkan, latar belakang calon pengajar bisa berasal dari berbagai profesi: seniman, budayawan, relawan, atau pekerja sosial. Yang penting adalah kemauan untuk berbagi ilmu dan membangun ikatan dengan masyarakat. Tentu saja, tetap ada pelatihan singkat dan pembekalan sebelum mereka diterjunkan ke lapangan. Tapi, intinya, guru di Sekolah Rakyat lebih dilihat dari sisi keteladanan dan pengaruhnya terhadap anak-anak.

Beberapa orang menyebut ini sebagai “pendidikan berbasis komunitas”, karena para pengajar juga akan tinggal bersama masyarakat, berbaur, dan ikut merasakan kehidupan sehari-hari mereka. Dengan cara ini, proses belajar jadi jauh lebih kontekstual dan bermakna.

Antusiasme dan Tantangan di Depan Mata

Seiring dengan di umumkannya program ini, muncul banyak respons positif dari masyarakat. Banyak yang merasa bahwa Sekolah Rakyat bisa menjadi jawaban atas keterbatasan akses pendidikan di daerah mereka. Di media sosial, mulai bermunculan tagar seperti #SekolahRakyat dan #PendidikanUntukSemua yang jadi bukti bahwa isu ini cukup mendapat perhatian.

Namun tentu saja, jalan ke depan tidak mulus. Tantangan seperti infrastruktur, logistik, keamanan, hingga pendanaan tetap jadi PR besar. Apalagi jika harus menjangkau wilayah yang secara geografis sulit di akses. Tapi semangat yang di usung program ini membuat banyak pihak tetap optimis.

Program Sekolah Rakyat ini juga membuka peluang besar bagi generasi muda yang ingin ambil bagian dalam perubahan sosial. Terutama bagi mereka yang merasa terpanggil untuk menjadi agen perubahan, bukan hanya duduk di balik meja, tapi benar-benar terjun ke lapangan.